Jumat, 31 Juli 2009

Kulit kopi sebagai alternatif pakan ternak ayam petelur ataupun pedaging.

Kulit kopi yang biasanya dibuang sebagi pupuk maupun dibuang untuk bahan bakar bisa digunakan sebagai suplemen pakan ayam petelur maupun pakan ayam pedaging. Dilihat dari kandungan nutrisi yang ada didalam nya, kulit kopi dapat digunakan sebagai alternatif pengganti dedak (katul) untuk pakan ayam.

Untuk meningkatkan kwalitas kulit kopi, kita bisa menggunakan teknik fermentasi dulu sebelum kulit kopi digunakan untuk pakan ternak. Hal ini dilakukan untuk memperbarui dan menambah asupan gizi yang ada pada kulit kopi. Disamping itu daya cerna ayam terhadap pakan bisa sempurna.


Senin, 27 Juli 2009

Keli Meal Alternatif Sumber Protein


Istilah ‘Keli Meal’ masih sedikit asing di bidang peternakan, wajar saja karena produk ini baru dikembangkan ada di Malaysia. Di Indonesia ikan keli dikenal sebagai ikan lele (ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah)). Jadi pengertian dari keli meal simplennya adalah ikan lele yang di ambil minyaknya.Penulis mengangkat tema ini karena melihat keprihatinan kondisi pertanian Indonesia. Sementara limbah peternakan (kotoran ayam) di pakai untuk pupuk pertanian, namun tidak ada fedback dari pertanian yang memadia, intinya sektor pertanian tak mampu mensuport peternakan. Jika dibiarkan, industri peternakan semakin susah saja kondisinya. Oleh karena itu peternak semestinya membantu mencari alternatif terutama mengenai bahan baku pakan.

Memproduksi keli meal adalah salah satu sistem integrasi yang bisa di kembangkan untuk memperoleh bahan pakan berkualitas dari limbah peternakan itu sendiri. Berikut ini adalah alasan-alasan mengapa keli meal perlu di kembangkan di Indonesia :

1. Sistem Integrasinya mirip dengan sistem longyam (Balong Ayam)

Di Jawa barat di kenal sitem longyam, yaitu pemeliharaan ikan di bawah peternakan ayam. Sistem yang efektif dan efisien untuk produksi kelimeal sangat mirip dengan logyam, hanya saja ada sedikit sentuhan teknology dimana kadar pH, oksigen, amonia air bisa di deteksi dan dikontrol dengan komputer sehingga kondisi kesehatan ikan dan SR (Survival Rate) nya.tinggi.Untuk selanjutnya pengolahan ikan menjadi keli meal menggunakan teknology untuk pembuatan fish meal (fish meal plan). Di Indonesia sudah banyak produsen fish meal, sehingga system ini mudah untuk diadopsi.

Dengan sistem yang sudah dikenal, sistem integrasi ini mudah di kembangkan. Pengembangan ikan lele (keli) di sistem ini berbeda dengan budidaya lele di kolam dalam hal kepadatan dan pakan dan size ikan ketika di panen.

2. Memberikan Fedback pada Industri Pakan

Beberapa tahun terakhir bahan pakan terus meningkat harganya, tidak hanya sumber energy seperti jagung dan CPO ;sumber protein seperti SBM, CGM, MBM juga ikut naik. Keli Meal mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, dengan biaya pakan yang rendah harganya juga akan bersaing dengan tepung ikan dan SBM. Berikut ini adalah kandungan nutrisi keli meal* :


* diadopsi dari Technology Park Malaysia

Terlihat bahwa kandungan asam amino keli meal, harga akan cukup bersaing karena biaya pakan ikan lele sebagian dari kotoran sehingga produk ini akan di cari untuk bahan pakan unggas maupun ikan. Keli meal akan mempu mengurangi penggunaan soybean meal yang sekarang masih 100% import.

3. Menambah Keuntungan Peternak

Dengan sentuhan teknology memproduksi keli meal akan menambah keuntungan peternak, karena peternak mendapat tambahan income dari penjualan keli meal dan keli Oil. Dimana keli oil cukup banyak mengandung omega-6 dan omega-3 sehingga harganya kompetitif. Kandungan omega 3 ikan lele :

Perlu Belajar dari Malaysia

Masih sedikit yang menjalankan usaha ini, untuk menjalankan usaha ini kita perlu belajar dari malaysia, selama 10 tahun Technology Park Malaysia telah melakukan penelitian tentang keli meal. berikut ini adalah flow cart dari Produksi Kelimeal di Malaysia :


Di Malaysia 2 hektar lahan untuk pengembangan keli farm akan menghasilkan 600 MT keli meal dan 195 MT keli oil. (Telah di Terbitkan di Majalah Poultry Indonesia, Edisi March 2008).

BAGAIMANA CARANYA MENDETEKSI KATUL

Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang di giling menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan layer, yang mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usis produksi. Menurut NRC 1994, energi yang terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini bukan harga mati, karena jumlah energi yang bisa dihasilkan dari nutrient yang ada pada dedak tergantung dari jumlah serat kasar, dan kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar maka semakin rendah pula jumlah energinya. Indikator tingginya serat kasar bisa di lihat dari jumlah hull/sekam nya dengan cara menaganalisa dengan phloroglucinol . Bau dari dedak padi juga harus fresh, karena jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia pada lemak yang ada didalam dedak tersebut. Artinya jumlah energi dari lemaksnya juga semakin sedikit. Pada musim penghujan perlu diwaspadai juga dedak padi dengan kadar air tinggi, biasanya dedak semacam ini cepat rusak (menggumpal) dan akan memicu terjadinya oksidasi pada lemaknya.

Dari hal tersebut diatas maka peternak sebaiknya mempertimbangkan penerimaan dedak padi berdasarkan kualitasnya. Berikut ini adalah cara memilih dedak padi yang baik untuk ayam petelur.

1. Analisa Fisik

Warna harus cokllat cerah dan tidak menggumpal, biasanya rice bran yang menggumpal mempunyai kadar air tinggi. Baunya juga tidak “tengik” (rancid), bau tengik biasanya disebabkan karena proses oksidasi, karena dedak banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang mudah tengik. Ini juga menjadi indikasi bahw a dedak yang disimpan sudah cukup lama.

2. Proximat Analysis

Uji ini adalah uji dasar untuk semuabahan baku yang akan dibuat pakan termasuk rice bran. Teknik analysa proximat tidak dicantumkan dalam tulisan ini, karena membutuhkan banyak peralatan dan cukup mahal biayanya. Namun demikian ada beberapa nutrient yang harus tetap di uji untuk bisa menentukan nilai Energi metabolis dan Asam Amino dalam rice bran n diantaranya adalah kadar air, protein, serat kasar, dan ash (abu). Standart hasil analisa proximat rice bran yang umumnya dipakai adalah sebagai berikut :

3. Kandungan Sekam/hull

Kandungan sekam mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam, semakin tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan dan teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak. Kandungan sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15%. Untuk menhindari penggunakan penggunaan dedak padi dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu dilakukan test dengan flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa flouroglucinol tidak bereaksi dengan dedak namun memberikan warna merah pada kulit padi (sekam). Uji dengan flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika dedak padi di campur atau terkontaminasi dengan serbuk gergaji karena pada prinsipnya flouroglucinol bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.

Langkah – Langkah pengecekan Hull (sekam) :

1. Grinding Sekam dan Kulit Gabah (hull)
2. Dedak padi Grade A disaring dengan Sieve 0.6 mm
3. Siapkan standart Dedak padi + 5%; 10%, 15%, 20%, 25% sekam
4. Timbang masing-masing 1 gram dedak padi standart pada petri disk
5. Timbang sample 1 gram dan letakan pada petri disk
6. Pipet 4 ml phloroglucinol ke masing-masing petri diks
7. Aduk sampai homogen
8. Diamkan 10-15 menit
9. Lihat perubahan warna dan bandingkan dengan standart

4. Kontaminasi Bahan Organik

Ini perlu dihindari, karena kontaminasi dengan bahan lain apapun bisa merubah komposisi nutrient, yang mana tidak semua nutrient (asam amino) selalu dianalisa sebelum digunakan. Teknik yang sering dilakukan untuk mendeteksi adanya kontaminan bahan anorganik seperti Zeolit yaitu dengan mereaksikan dengan CCl4 . Prinsipnya bahwa bahan organik akan mengapung jika ditambahkan zat tersebut sedangkan bahan anorganik tetap akan tenggelam

5. Kontaminasi dengan Kapur

Kontaminasi kapur pada dedak padi sering ditemukan dilapangan, karena memang harga kapur jauh lebih rendah dibandingkan dengan dedak, dan warnanyapun tidak banyak merubah warna dasar dedak. Kontaminasi dengan kapur secara fisik akan sulit diketahui, namun karena kapur dan dedak padi mempunyai perbedaan density yang cukup banyak sehingga merubah density dedak yang terkontaminasi. Density dedak rata-rata 350 gram/lt, sedangkan density dedak yang terkontaminasi kapur bisa mencapai 450 gram/lt.

Selain dari segi perbdaan density, kontaminasi dengan kapur juga bisa di uji secara kimiawi. Adanya reaksi HCL dengan kapur bisa digunakan untuk menguji adanya kontaminasi tersebut.

Peternak juga perlu memperhitungkan energi yang terkandung didalam dedak padi dengan cermat. Berikut adalah Simulasi hubungan energi pada dedak padi dengan nilai nutrisinya. Perubahan nilai protein biasanya tidak signifikan pengaruhnya terhadap kandungan energi, sedangkan peningkatan kandungan serat kasar dan abu akan menurunkan nilai energi cukup banyak.Berikut ini adlah contoh simulasi kandungan energi karen perubahan kadar serat kasar dan abu (Ash) :

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 25 Juli 2009

FERMENTASI KEDELAI SEBAGAI PAKAN TERNAK

Efek kering kedelai difermentasi (natto) suplemen pada produksi telur dan kualitas cangkang telur. Berkaitan dengan efektiftifitas makanan ternak dengan menggunakan berbagai limbah makanan di Jepang. Dari Empat puluh ribu jumlah ayam yang secara acak dibagi menjadi 4 kelompok.Kelompok ayam di grup 1 adalah menggunakan makanan pokok sebagai kontrol di kasih 3%, hasilnya tidak menunjukkan peningkatan produksi telur atau rasio konversi pakan pada kelompok 1. Kualitas telur yang termasuk telur berat, kekuatan dan ketebalan tipis, warna kuning telur, berat kuning telur, albumen tinggi, dan unit Haugh juga tidak diperbaiki.
Akan tetapi dengan menggunakan makanan kering natto mengubah konten kolesterol dalam kuning telur. The supplementation kering natto menunjukkan kecenderungan untuk mengurangi kolesterol kuning telur setelah 1 bulan pemberian pakan terfermentasi. Di sisi lain, hakekat kolesterol menurun signifikan setelah 12-wk 3% dari makanan kering. Proses fermentasi telah lama digunakan untuk menyiapkan makanan kedelai tradisional di Asia Timur Jauh termasuk "Doubanjiang" di Cina, "Duenjang" di Korea, dan "Miso" di Jepang, Natto juga tradisional Jepang kesehatan makanan siap menggunakan kedelai difermentasi oleh Bacillus subtilis var natto (Bacillus natto), yang merupakan Gram-positif pembentuk spora-bakteri (Ashiuchi dkk., 1998).
Hal ini dikenal yang difermentasi memiliki berbagai makanan fungsional properti.Misalnya, yogurt dibuat dari susu fermentasi oleh lactobacillus dengan menampilkan berbagai kegiatan seperti fisiologis antioxidative (Songisepp dkk., 2005) dan kegiatan antiallergenic (Veckman dkk., 2003). Natto juga memiliki berbagai fungsi properti. Ekstrak Natto diketahui termasuk nattokinase, yang memiliki sekitar empat kali lebih kuat dari fibrinolytic aktivitas plasmin dalam klintir lysis assays (Fujita et al., 1993). ditemukan difermentasi kedelai dapat bermanfaat dalam pengendalian diare di Escherichia coli-terlawan weaned piglets (Rhizopus microsporus difermentasi) dan meningkat signifikan mendapatkan berat dan asupan makanan (Bacillus subtilis difermentasi). Unggas di industri, supplementation dari microorganisme menguntungkan baru-baru ini telah menarik minat Antibiotik yang tersebar luas di gunakan untuk mencegah penyakit dan pathogens unggas untuk meningkatkan produksi daging dan telur. Namun, lanjutnya penggunaan antibiotik diet telah mengakibatkan masalah umum seperti pengembangan obat tahan bakteri (Sorum dan Sumde, 2001), ketimpangan yang biasa microflora (Andermont, 2000), dan residu obat dalam tubuh (Burgat, 1991) . Sebagai hasil dari masalah ini, ia telah menjadi perlu untuk mengembangkan alternatif menggunakan microorganisme bermanfaat. J probiotic adalah hidup Microbial pakan suplemen yang akan mempengaruhi host beneficially hewan dengan meningkatkan dan usus Microbial keseimbangan (Fuller, 1989), dan dianjurkan sebagai alternatif yang efektif untuk antibiotik (Sissons, 1989).Setelah pemberian makanan dari probiotics, peningkatan pertumbuhan kinerja dan efisiensi pakan telah dilaporkan pada ayam pedaging chicks (Santoso et al., 1995; Cavazzoni dkk., 1998).Selain itu, Bacillus subtilis telah belajar sebagai agen antibiotik untuk unggas (Samanya dan Yamauchi, 2002).Sejak ada beberapa penyelidikan tentang akibat supplementation dari natto disiapkan sebagai bahan makanan di lapisan ayam diet, tidak ada informasi yang tersedia pada efek natto suplemen pada produksi telur dan kualitas telur. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menjelaskan akibat supplementation kering natto berisi hidup Bacillus natto pada produksi telur dan kualitas telur ayam lapisan selama periode makan dan untuk mengevaluasi kesesuaian natto lapisan ayam sebagai suplemen. class="google-src-text" style="direction: ltr; text-align: left;">Egg shell strength was measured by using of Eggshell force gauge (Model II Robotmation Co. Ltd. Tokyo, Japan). Kekuatan kulit telur diukur dengan menggunakan kekuatan dari kerabang gauge (Model II Robotmation Co Ltd Tokyo, Jepang). The eggs were broken onto a plastic plate to measure the Haugh unit value by the measurement of the albumen height and egg weight using an Egg multi-tester (EMC500C Robotmation Co. Ltd.). Telur yang rusak ke sebuah piring plastik untuk mengukur nilai Haugh oleh unit pengukuran yang tinggi dan telur albumen berat menggunakan Egg multi-tester (EMC500C Robotmation Co Ltd). The yolk color was determined with a Roche yolk color fan. Warna kuning telur yang telah ditentukan dengan warna kuning telur Roche fan. To measure the cholesterol content in the yolk, 5 eggs were selected randomly from each group, and the yolk was separated and weighed. Untuk mengukur konten kolesterol dalam kuning telur, 5 telur ini dipilih secara acak dari masing-masing grup, dan kuning telur yang telah dipisahkan dan ditimbang. Cholesterol was extracted from the yolks with 1 mol/L KOH containing 2-propanol and was determined using a cholesterol colorimetric assay kit (F-kit cholesterol, Roche Molecular Biochemicals, Germany). Kolesterol telah diekstrak dari yolks dengan 1 mol / L KOH berisi 2-propanol dan telah ditentukan menggunakan colorimetric kolesterol kadar logam kit (F-kit kolesterol, Roche Molecular Biochemicals, Jerman). Blood was also collected from each bird at 12 weeks from the neck after slaughter. Darah juga dikumpulkan dari burung di masing-masing dari 12 minggu setelah menyembelih leher. The plasma fraction was isolated using heparin and was kept at -20[degrees]C until cholesterol analysis. Plasma pecahan yang terisolasi dengan menggunakan heparin dan telah disimpan di -20 [derajat] C sampai kolesterol analisis. Plasma cholesterol was determined by the colorimetric method described above. Kolesterol plasma telah ditentukan oleh colorimetric metode yang dijelaskan di atas.
Statistical analysis Analisis statistik
All data were subjected to a 1-way ANOVA (a 1-way ANOVA test was conducted for all data). Semua data yang terkena ke 1-cara ANOVA (a 1-way ANOVA test telah dilakukan untuk semua data).
RESULTS AND DISCUSSION HASIL DAN DISKUSI
Production performance Kinerja produksi
During the feeding period, the highest egg production (95.7%) was found in the 3%-natto group at week 5, and the lowest egg production (80.0%) was from the 1%-natto group at week 3. Selama periode makanan, produksi telur tertinggi (95,7%) telah ditemukan pada 3% pada kelompok-natto bulan 5, dan produksi telur yang terendah (80,0%) adalah dari 1% pada kelompok-natto minggu 3. No significant effect of natto on egg production was observed in the periods from weeks 1 to 11. Tidak ada efek yang signifikan natto pada produksi telur telah diamati dalam jangka waktu dari 1 sampai 11 bulan.
Egg production in the control and natto added groups were not significantly different (Figure 1A). Produksi telur di kontrol dan natto ditambahkan kelompok tidak berbeda secara nyata (Gambar 1A). The feed conversion ratios of the control and natto added groups were not significantly different during weeks 1 to 11 (Figure 1B). Feed ratios konversi dari natto ditambahkan kontrol dan kelompok tidak berbeda secara nyata selama 1 bulan ke 11 (Gambar 1B).
From a nutritional point of view, it is known that soybean meal has a variety of antinutritional factors, such as trypsin inhibitor, lectins, and soya globulins, which limit the application of soybean meal in animal feed especially for young animal (Dunsford et al., 1989; Li et al., 1990; Jiang et al., 2000). Dari sudut pandang gizi, diketahui bahwa kedelai memiliki makan antinutritional berbagai faktor, seperti trypsin zat yg mencegah, lectins, dan kecap globulins, yang membatasi aplikasi dari tepung kedelai dalam pakan hewan terutama untuk hewan muda (Dunsford dkk. , 1989; Li et al., 1990; Jiang dkk., 2000). On the other hand, it was reported that protein hydrolysis is a suitable treatment for reducing the antigenic activity of soy products and improving nutritional performance in young calves (Lalles et al., 1995). Di sisi lain, ia melaporkan bahwa protein hidrolisis adalah perawatan yang cocok untuk mengurangi antigenic kegiatan soy produk nutrisi dan meningkatkan kinerja dalam sapi muda (Lalles dkk., 1995). Natto, which is prepared from soybeans by fermentation with Bacillus natto, has probiotic activities. Natto, yang disiapkan oleh fermentasi dari kedelai dengan Bacillus natto, telah probiotic kegiatan. However, few studies about the effect of natto as poultry feed have been reported. Namun, beberapa studi mengenai dampak natto sebagai pakan ternak unggas telah dilaporkan. In this study, the effects of natto supplement on egg production and egg qualities were investigated showing that natto supplementation did not affect the egg production and feed conversion ratios (Figure 1). Dalam studi ini, efek dari suplemen natto pada produksi telur dan kualitas telur yang diinvestigasi natto supplementation menunjukkan bahwa tidak akan mempengaruhi produksi telur dan konversi pakan ratios (Gambar 1). Miles et al. Miles dkk. (1981) reported that Lactobacillus dose improved egg production and provided several explanations for the observations. (1981) melaporkan bahwa Lactobacillus dosis meningkatkan produksi telur dan memberikan beberapa penjelasan untuk observasi. These explanations included a possible increase in gut motility occurring in the presence of excessive numbers of organisms thereby altering nutrient availability for absorption at desired points, or that other beneficial bacterial populations may be altered so that cohabitation of the established microflora is unsettled. Ini penjelasan termasuk kemungkinan peningkatan dalam hal dpt terjadi di usus keberadaan berlebihan sehingga jumlah organisme mengubah gizi ketersediaan penyerapan di dikehendaki poin, atau lainnya yang bermanfaat populasi bakteri dapat diubah agar kohabitasi yang didirikan microflora yang berubah-ubah. In our results, no effect of natto dose on egg production was shown, so further research should focus on enteric microorganisms to clarify the probiotic action of natto under other experimental conditions. Dalam hasil kami, maka tidak ada efek natto dosis pada produksi telur yang ditampilkan, sehingga lebih lanjut penelitian harus fokus pada perut microorganisme untuk memperjelas probiotic tindakan natto lainnya di bawah kondisi percobaan.
Kualitas telur
Table 2 shows the effect of dried natto (3%) supplement on various egg qualities. Tabel 2 menunjukkan efek kering natto (3%) pada berbagai suplemen kualitas telur. The average egg weight in all groups increased with increasing feeding period. Berat telur rata-rata di semua kelompok meningkat dengan meningkatnya waktu makan. However, during the 12-wk period of the experiment, the average egg weights among different treatments showed no statistical differences (p>0.1). Namun, selama 12-wk masa percobaan, rata-rata bobot telur antar perawatan statistik menunjukkan tidak ada perbedaan (p> 0,1). After 12 wk of natto supplementation, the egg weight in the control and 3% natto groups were 54.3 and 52.8 g, respectively. Setelah 12 wk dari natto supplementation, telur yang berat di kontrol dan 3% natto kelompok 54,3 dan 52,8 g, masing-masing.
Egg shell thickness in the control increased slightly with increasing feeding period. Ketebalan kulit telur di kontrol sedikit meningkat dengan meningkatnya waktu makan. At the end of 12 wk period, the egg shell thicknesses in the natto-added groups were lower than that of the control, but did not show statistical differences. Pada akhir periode 12 wk, di kulit telur thicknesses dalam natto ditambahkan-kelompok yang lebih rendah dari pada kontrol, tetapi tidak menunjukkan perbedaan statistik. Egg shell strength between the control and natto diet also showed no statistical differences (p>0.1). Kulit telur antara kekuatan dan natto diet juga menunjukkan tidak ada perbedaan statistik (p> 0,1).
The effects of dietary treatments on yolk color and weight were examined. Efek dari diet perawatan pada warna kuning telur dan berat telah diperiksa. Yolk color increased with increasing feeding period, but a significant difference in yolk color in the control and natto diets was not shown. Warna kuning telur meningkat dengan meningkatnya waktu makan, tetapi perbedaan yang signifikan di dalam warna kuning telur dan natto diet tidak ditampilkan. In both groups, yolk weight also increased with feeding period, but the numerical differences in yolk weight in the control and natto diets were not statistically significant. Dalam kedua kelompok, berat kuning telur juga meningkat dengan makan waktu, namun perbedaan numerik dalam hakekat berat dalam kontrol dan natto diets statistik tidak signifikan. The effect of the supplementation of natto on Haugh unit and albumen height was studied but showed no statistical differences in the values between control and natto diet (p>0.1). Efek dari supplementation dari natto di Haugh unit dan ketinggian albumen telah belajar tetapi statistik menunjukkan tidak ada perbedaan antara nilai-nilai dan diet natto (p> 0,1).
[FIGURE 2 OMITTED] [MELAYU diabaikan 2]
As described above, egg qualities such as egg shell, yolk, and albumen were not affected by the supplementation of dried natto (Table 2). Seperti dijelaskan di atas, kualitas telur seperti kulit telur, kuning telur, dan albumen yang tidak terpengaruh oleh supplementation kering natto (Tabel 2). It has been suggested that medullary bone in the marrow cavity of long bones is the major contributor of skeletal calcium involved in egg shell formation (Taylor and Moore, 1954). Telah mengemukakan bahwa berkenaan dgn sumsum tulang di rongga dari sumsum tulang panjang adalah penyumbang utama yang terlibat dalam kerangka kalsium kulit telur formasi (Taylor dan Moore, 1954). Estrogen induces the early formation of the medullary bone with the maturation of female birds (Bloom et al., 1958). Estrogen induces awal pembentukan yang berkenaan dgn sumsum tulang dengan pematangan perempuan burung (Bloom et al., 1958). Soybean isoflavones contained in soy products acts as an estrogen-like substrate (Miksicek, 1994). Kedelai isoflavones kedelai produk dalam bertindak sebagai estrogen seperti substrat (Miksicek, 1994). Xu et al. Xu et al. (2006) reported that the egg mass from the antibiotics differed significantly in a group fed with dried Bacillus subtilis culture (p<0.05). (2006) melaporkan bahwa telur massa dari antibiotik berbeda signifikan dalam grup bosan dengan kering Bacillus subtilis budaya (p <0.05). Nahashon et al. Nahashon dkk. (1994) and Mohan et al. (1994) dan Mohan dkk. (1995) reported a slight improvement in egg shell thickness in hens fed with supplement containing Lactobacillus. (1995) melaporkan sedikit perbaikan pada kulit telur ketebalan di hens makan dengan suplemen yang mengandung Lactobacillus. Therefore, we hypothesized that dried natto, which contains isoflavones and living B. natto, would also enhance egg shell thickness and weight. Karena itu, kami hypothesized yang kering natto, yang berisi isoflavones B. natto dan tinggal, juga akan meningkatkan ketebalan kulit telur dan berat. However, natto supplement did not influence the egg shell thickness. Namun, natto suplemen tidak mempengaruhi ketebalan kulit telur. Therefore, it was clarified that 3% and below of dried natto did not alter the properties of egg shell thickness. Oleh karena itu, adalah jelas bahwa di bawah 3% dan kering natto tidak mengubah properti dari ketebalan kulit telur.
Yolk cholesterol concentration in the 3% natto group decreased with increasing feeding period. Hakekat kolesterol dalam konsentrasi 3% natto grup menurun dengan meningkatnya waktu makan. In the 3% natto group, the cholesterol concentration after the 12-wk feeding period was significantly lower than that at week 0 (p<0.05)> Pada 3% natto kelompok, konsentrasi kolesterol setelah 12-wk makan waktu yang signifikan lebih rendah dari yang di minggu 0 (p <0.05)> Moreover, after the 12-wk feeding period the average cholesterol concentration in the yolk decreased in a natto dose-dependent manner (Table 3). Apalagi, setelah 12-wk makan waktu rata-rata konsentrasi kolesterol dalam kuning telur menurun dalam natto dosis tergantung cara (Tabel 3). The tendency of the reduction of yolk cholesterol (p<0.1)> Kecenderungan dari pengurangan kolesterol kuning telur (p <0,1)> On the other hand, natto supplement did not influence plasma cholesterol levels. Di sisi lain, natto suplemen tidak mempengaruhi tingkat kolesterol plasma.
Recently, considerable attention has been paid to the potential of feed supplement in altering lipid metabolism. Baru-baru ini, banyak perhatian telah dibayarkan kepada potensi pakan suplemen dalam mengubah metabolisme lipid. Suppression of cholesterol in cocks (Endo et al., 1999; Wenjun et al., 2004; Lim et al., 2006) and in broilers (Santoso et al., 1995) has been reported. Penindasan dari kolesterol dalam cocks (Endo et al., 1999; Wenjun dkk., 2004; Lim et al., 2006) dan di broilers (Santoso et al., 1995) telah dilaporkan. It was reported that probiotics reduce cholesterol concentrations in egg yolk (Mohan et al., 1995; Abdulrahim et al., 1996; Haddadin et al., 1996) and in the serum in chicks (Mohan et al., 1995; Jin et al., 1998). Dilaporkan bahwa probiotics mengurangi konsentrasi kolesterol dalam telur hakekat (Mohan dkk., 1995; Abdulrahim dkk., 1996; Haddadin dkk., 1996) dan di dalam serum chicks (Mohan dkk., 1995; Jin dkk ., 1998). Our finding of the reduction in yolk cholesterol agrees with these studies. Kami mencari dari pengurangan hakekat kolesterol setuju dengan studi ini. It was also reported that the yolk cholesterol levels were reduced by dried Bacillus subtilis culture supplementation (Xu et al., 2006). Ia juga melaporkan bahwa tingkat kolesterol kuning telur telah dikurangi oleh kering Bacillus subtilis budaya supplementation (Xu et al., 2006).
It is possible that some of the organisms present in the probiotic preparation could assimilate cholesterol present in the gastrointestinal tract for their own cellular metabolism, thus reducing the amount absorbed, as suggested by Gilliland et al. Ada kemungkinan bahwa beberapa organisme hadir dalam persiapan probiotic mencernakan kolesterol dapat hadir dalam sistem gastrointestinal untuk metabolisme sel-sel mereka sendiri, sehingga mengurangi jumlah yang diserap, seperti yang diusulkan oleh Gilliland dkk. (1985). (1985). Kalavathy et al. Kalavathy dkk. (2003) indicated that lactic acid bacterial strains are able to alter the enterohepatic cycle and reduce cholesterol through the assimilation of dietary cholesterol into the bacterial cells and the bile salt hydrolate activity in the intestine. (2003) menunjukkan bahwa jenis bakteri asam susu dapat mengubah enterohepatic siklus dan mengurangi kolesterol melalui assimilation dari diet kolesterol ke dalam sel bakteri dan garam empedu hydrolate kegiatan dalam usus. Another reason for the decrease of cholesterol in probiotic-fed hosts, as suggested by Fukushima and Nakano (1995), is that probiotics are able to inhibit hydroxymethyl-glutarylcoenzyme A, an enzyme involved in the gastrointestinal tract. Lain alasan dari penurunan kolesterol dalam probiotic didulang alam, seperti yang diusulkan oleh Fukushima dan Nakano (1995), adalah bahwa probiotics dapat menghalangi hydroxymethyl J-glutarylcoenzyme, sebuah enzim yang terlibat dalam sistem gastrointestinal. Haddadin et al. Haddadin dkk. (1996) reported that cholesterol levels in yolks were decreased by 18.8% when layer hens were fed for a 48-wk period with Lactobacillus at up to 4 million viable cells per gram of feed. (1996) melaporkan bahwa tingkat kolesterol dalam yolks telah turun 18,8% bila lapisan hens were fed a 48-wk periode dengan Lactobacillus di sampai 4 juta sel per gram giat dari feed.
Kesimpulannya, hasil menunjukkan bahwa supplementation kering natto ke diet dari lapisan ayam memiliki efek menguntungkan. Natto supplement reduced the content of yolk cholesterol during the 12-wk feeding period, although plasma cholesterol levels were not changed by the supplementation of natto. Natto suplemen mengurangi isi hakekat kolesterol selama 12-wk makan waktu, meskipun tingkat kolesterol plasma tidak berubah oleh supplementation dari natto. When female chickens become sexually mature, estrogen stimulates the hepatic production and secretion of huge amounts of smaller VLDL, which have been called "yolk targeted VLDL", containing large amounts of apolipoprotein VLDL II (apoVLDL II) (Schneider et al., 1990). Ketika perempuan menjadi seksual ayam matang, warnanya merah coklat estrogen yang merangsang produksi dan pengeluaran yang sangat besar dalam jumlah kecil VLDL, yang telah disebut "hakekat bertarget VLDL", yang berisi sejumlah besar apolipoprotein VLDL II (apoVLDL II) (Schneider et al., 1990) . So the lowering of yolk cholesterol by feeding of natto could be due to the decrease in yolk targeted VLDL or apoVLDL II. Jadi, penurunan kolesterol oleh hakekat dari makanan natto dapat disebabkan oleh penurunan hakekat bertarget VLDL atau apoVLDL II. Therefore, further work should focus on investigating cholesterol metabolism and its related gene expression in the liver and in gastrointestinal flora to clarify the suitability of natto supplement for the development of low-cholesterol eggs. Oleh karena itu, harus bekerja lebih fokus pada investigasi metabolisme kolesterol dan terkait gene ekspresi di dalam hati dan gastrointestinal flora untuk memperjelas kesesuaian natto suplemen untuk pengembangan telur rendah kolesterol.
ACKNOWLEDGMENTS UCAPAN TERIMA KASIH
We are grateful to the manager of Takano Foods Co. Kami sangat berterima kasih kepada manajer Takano Foods Co
Ltd., Ken-Ichiro Kaneko for providing fermented soybean products. Ltd, Ken-Ichiro Kaneko untuk menyediakan produk-produk kedelai difermentasi. We wish to thank Mr. Kazuo Namai of the Laboratory of Poultry, Ibaraki Prefectural Livestock Research Center. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kazuo Namai dari Laboratorium Unggas, Prefektur Ibaraki Ternak Pusat Penelitian.
Received November 12, 2007; Accepted March 4, 2008 Diterima 12 November 2007; Diterima Mar 4, 2008
REFERENCES REFERENSI
Abdulrahim, SM, SY Haddadin, EA Hashlamoun and RK Robinson. Abdulrahim, SM, SY Haddadin, EA Hashlamoun dan RK Robinson. 1996. 1996. The influence of Lactobacillus acidphilus and bacitracin on layer performance of chicken and cholesterol content of plasma and egg yolk. Pengaruh Lactobacillus acidphilus dan pada lapisan bacitracin kinerja ayam dan konten kolesterol plasma telur dan kuning telur. Br. Br. Poult. Anak ayam. Sci. Sci. 37:341-346. 37:341-346.
Andremont, A. 2000. Andremont, A. 2000. Consequences of antibiotic therapy to the intestinal ecosystem. Konsekuensi dari terapi antibiotik ke usus ekosistem. Ann. Ann. Fr. Fr. Anesth. Anesth. Reanim. Reanim. 19:395-402. 19:395-402.
Ashiuchi, M., K. Tani, K. Soda and H. Misono. Ashiuchi, M., K. Tani, K. Soda dan H. Misono. 1998. 1998. Properties of glutamate racemase from Bacillus subtilis IFO 3336 producing poly-gamma-glutamate. Properti dari glutamate racemase dari Bacillus subtilis IFO 3336 produksi poly-gamma-glutamate. J. Biochem. J. Biochem. 123:1156-1163. 123:1156-1163.
Bloom, MA, LV Domm, AV Nalbanadov and W. Bloom. Bloom, MA, LV Domm, AV Nalbanadov dan W. Bloom. 1958. 1958. Medullary bone of laying chickens. Berkenaan dgn sumsum tulang dari peletakan ayam. Am. Am. J. Anat. J. Anat. 102: 411-453. 102: 411-453.
Burgat, V. 1991. Burgat, V. 1991. Residues of drugs of veterinary use in food. Residu obat-obatan dari dokter hewan digunakan dalam makanan. Rev. Prat. Wahyu bokong. 41:985-990. 41:985-990.
Cavazzoni, V., A. Adami and C. Castrovilli. Cavazzoni, V., A. Adami dan C. Castrovilli. 1998. 1998. Performance of broiler chickens supplemented with Bacillus coagulans as probiotic. Kinerja ayam pedaging dengan ayam supplemented Bacillus coagulans sebagai probiotic. Br. Br. Poult. Anak ayam. Sci. Sci. 39:526-529. 39:526-529.
Dunsford, BR, DA Knabe and WE Hacnsly. Dunsford, BR, DA Knabe dan WE Hacnsly. 1989. 1989. Effect of dietary soybean meal on the microscopic anatomy of the small intestine in the early-weaned pig. Efek dari diet kedelai makan di anatomi mikroskopis dari usus kecil pada awal-weaned babi. J. Anim. J. Anim. Sci. Sci. 67:1855-1864. 67:1855-1864.
Endo, T., M. Nakano, S. Shimizu, M. Fukushima and S. Miyoshi. Endo, T., M. Nakano, S. Shimizu, M. dan S. Fukushima Miyoshi. 1999. 1999. Effect of a probiotic on the lipid metabolism of cocks fed on a cholesterol-enriched diet. Efek dari probiotic pada metabolisme lipid dari cocks makan pada kolesterol-kaya diet. Biosci. Biosci. Biotechnol. Biotechnol. Biochem. Biochem. 63:1569-1575. 63:1569-1575.
Fujita, M., K. Nomura, K. Hong, Y. Ito, A. Asada and S. Nishimuro. Fujita, M., K. Nomura, K. Hong, Y. Ito, A. Asada dan S. Nishimuro. 1993. 1993. Purification and characterization of a strong fibrinolytic enzyme (nattokinase) in the vegetable cheese natto, a population soybean fermented food in Japan. Pemurnian dan karakterisasi yang kuat fibrinolytic enzim (nattokinase) di sayur keju natto, populasi kedelai difermentasi makanan di Jepang. Biochem. Biochem. Biophys. Biophys. Res. Res. Commun. Commun. 197:1340-1347. 197:1340-1347.
Fukushima, M. and M. Nakano. Fukushima, M. dan M. Nakano. 1995. 1995. The effect of a probiotic on faecal and liver lipid classes in rats. Efek dari probiotic pada faecal lipid hati dan kelas tikus. Br. Br. J. Nutr. J. Nutr. 73:701-710. 73:701-710.
Fuller, R. 1989. Fuller, R. 1989. Probiotic in man and animal. Probiotic pada manusia dan hewan. J. Appl. J. Appl. Bacteriol. Bacteriol. 66:365-378. 66:365-378.