Minggu, 03 Oktober 2010

TERNAK SAPI POTONG


Pusing setelah pensiun, mau menggeluti bisnis? Masih juga cari-cari peluang dan sulit cari alternatif bisnis yang pas. Tengoklah ke desa, ada banyak peluang yang ada di sana. Mau beternak sapi, kerbau, atau kambing, atau ayam. Banyak pilihan tinggal disesuikan dengan keinginan dan hasil yang diinginkan.
Risiko Rendah Hasil Tinggi
Biasanya, yang menghasilkan return margin tinggi adalah bisnis yang memiliki risiko yang tinggi. Tetapi beternak sapi, tergolong bisnis yang memiliki risiko rendah tetapi memiliki hasil dan prospek margin yang tinggi.
Penulis mencoba menghitung pola pemberdayaan masyarakat di Desa Mojodadi, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur yang sebagian besar masyarakatnya beternak sapi pedaging.
Di kawasan ini, usaha bidang peternakan rakyat, khususnya bisnis pemeliharan sapi tumbuh baik dan memberikan hasil yang sangat menggembirakan, dan dapat mensejahterakan masyarakatnya. Selain masyarakat telah terbiasa dan turun temurun memelihara ternak untuk kegiatan usaha, pembinaan dan pengawasan yang tepat, beternak sapi tetap memberikan prospek keuntungan yang tinggi

Bapak Sumali ini, misalnya. Ia adalah peternak sapi, dan juga bertani. Ia memiliki 4 ekor  sapi, dengan rata-rata laba hasil penjualan dari pemeliharaan selama 6 bulan mencapai Rp1 juta per ekornya.
Biasanya dalam kurun waktu 6 bulan para peternak membeli sapi bakalan, kemudian menjualnya kembali dalam waktu enam bulan mendatang.
Jumlah sapi yang diternakkan oleh masyarakat di desa ini tergantung kemampuan masing-masing petani. Tetapi ada sebagian masyarakat yang menginvestasikan uangnya untuk bermitra dengan peternak di desa ini dengan system pembagian keuntungan bagi hasil.
Pemerintah Kabupaten Mojokerto, melalui Dinas membantu masyarakat dan peternak mengembangkan usahanya dengan berbagai kegiatan dan program, di antaranya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan ternak, pemeriksaan kebuntingan gratis serta konsultasi lainnya.
Seperti terlihat dan terjadi beberapa waktu lalu, saat dilakukan pemeriksaan kebuntingan hewan ternak yang dilaksanakan di Mojodadi, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.
“Warga sangat antusias dan senang dengan kegiatan yang sangat mendukung usaha peternak ini,” ujar  Maji, warga setempat yang memiliki 4 ekor sapi ini.
Jika warga antusias berbisnis, dan pemerintah mau mendukungnya, niscaya kesejahteraan warga hanya tunggu waktu.  Penulis adalah Pengawas Mutu Hasil Pertanian Kab. Mojokerto
Peternakan Kita :  Siapa Mau Berpihak
Beternak sapi sesungguhnya adalah bisnis yang sangat prospek di Indonesia. Harga daging sapi di Indonesia terus meningkat, dan tidak pernah turun harganya, tetapi sayangnya kesejahteraan peternak tidak kunjung tiba. Data lain yang disajikan ini pasti mengejutkan anda. Indonesia yang kaya akan rumput, ternyata hanya memiliki populasi sebanyak 10,4 juta sapi setiap tahun sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan daging sapi untuk 230 juta lebih masyarakatnya. Setiap tahunnya Indonesia harus mengimpor daging dan sapi hidup atau setara 650.000 ekor sapi.
Jika saja pemerintah mau berpihak kepada petani dan peternak untuk mau mengembangkan usaha peternakan sapi sebagai entitas bisnis, sangat mungkin masyarakat pedesaan dapat meningkatkan penghasilannya.
(Oleh Isdiyanah & Budi Harto Spi.)

Sapi merupakan hewan pemakan rumput yang merubah bahan gizi rendah (rumput) menjadi bahan gizi tinggi (daging). Merupakan sumberdaya bernilai ekonomi tinggi. Kebutuhan meningkat sejalan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi. Pemeliharaan saat ini beralih dari ekstensif ke intensif. 

Sedikitnya ada 3 masalah pembangunan peternakan: penyediaan pakan, kualitas pakan dan sumber pakan. Pengembangan sapi potong dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu: (1) Pendekatan teknis; dengan cara inseminasi buatan, perbaikan pakan, penanaman hijauan makanan ternak (HMT), teknologi pemanfaatan dan pengolahan limbah pertanian/perkebunan, penyebaran ternak, vaksinasi, peningkatan mutu genetis pejantan, kapasitas tampung lahan, pemberian pakan tambahan. (2) Pendekatan terpadu; peningkatan produksi melalui intensifikasi dan pembinaan masal tentang teknologi produksi, sosial dan ekonomi. (3) Pendekatan agribisnis; dilakukan secara produktif dan efisien menghasilkan produk peternakan yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi. 


Pemeliharaan Sapi Potong 

Usaha pemeliharaan sapi saat ini bertujuan untuk penggemukan (fattening) dan pembibitan (reproduksi). Sistem pemeliharaan untuk tujuan penggemukan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu : 
1. Penggemukan dry lot fattening, cara penggemukan dengan pemberian pakan penguat yang terdiri dari : biji-bijian, jagung serta hasil ikutan produk pertanian seperti katul, bungkil kelapa dan bungkil kacang. Pada pola ini ternak dikandangkan terus menerus 
2. Penggemukan pasture fattening, cara penggemukan dengan cara melepas ternak di padang penggembalaan 
3. Penggemukan campuran, merupakan perpaduan antara dry lot fattening dan pasture fattening. Selain digembalakan juga diberi pakan penguat (konsentrat). 


Jenis Ternak Sapi Potong 

Jenis sapi potong yang sudah dikenal di Indonesia antara lain : sapi tropis (sapi Madura, Bali, Ongole dan Brahman), sapi subtropis (Simental, Limousin, Shorthorn, Hereford, Charolais, Aberdeen Angus) dan sapi persilangan (Brahman Cross). Sapi potong memiliki ciri seperti tubuh berbentuk persegi empat/balok, kualitas daging maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat dewasa dan efesiensi pakan tinggi. 


Pemilihan Bibit/Bakalan Sapi Potong 

Keberhasilan budidaya sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bibit dan pemeliharaan yang baik. Bakalan untuk penggemukkan umumnya jantan. Bibit harus sehat, tidak cacat, dada dalam dan lebar, tidak kurus, mempunyai perimbangan tubuh yang harmonis, untuk pejantan mempunyai testis yang normal dan berumur setidaknya 2 tahun (sudah siap bereproduksi) dengan bobot badan sekitar 250-300 kg (sapi PO). 


Pemilihan Lokasi dan Konstruksi Kandang 

Lokasi kandang harus strategis, dekat dengan lokasi pertanian dan perkebunan agar terjalin integrasi tanaman-ternak, cukup jauh (± 50 m) dari pemukiman, memiliki sumber air bersih dan dekat dengan jalan. Konstruksi kandang harus kuat, luasan memenuhi syarat, sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase limbah baik, mudah dibersihkan, lantai rata, tidak licin, tidak kasar, mudah kering, tahan injak, terdapat tempat pakan dan minum. 
Ada 2 tipe kandang : (1) Kandang koloni; terdiri dari satu ruangan untuk memelihara ternak dalam jumlah banyak. Kandang seukuran 7 x 9 m dapat menampung 20 ekor sapi. (2) Kandang tunggal; terdiri dari satu ruangan, digunakan untuk memelihara satu ekor ternak. Kandang seukuran 2,25 x 1 m atau 3,75 m2/ekor 


Pakan Ternak Sapi 

Dalam usaha budidaya ternak, hewan ternak membutuhkan zat makanan yang mengandung protein dan energi. Pakan ternak ruminansia meliputi hijauan rumput-rumputan sebagai sumber energi dan hijauan leguminosa sebagai sumber protein serta dapat disertakan pakan tambahan konsentrat. Kebutuhan kebutuhan hijauan segar 10% dari bobot badan, sedangkan pakan konsentrat sebanyak 1–2 % dari bobot badan. Konsentrat merupakan pakan tambahan yang mempunyai kadar serat rendah dan kadar energi tinggi.


Hijauan rumput yang biasa dijadikan pakan ternak seperti rumput alam, rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput benggala, rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Sedangkan jenis leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn), gamal (Gliricidia sepium), turi (Sesbania grandiflora), albesia. Sisa hasil pertanian yang dapat dijadikan sumber hijauan pakan ternak seperti jerami padi, daun dan tongkol jagung, jerami kacang tanah. Jerami padi mempunyai kadar serat yang tinggi dan kadar energi rendah sehingga nilai cernanya rendah. Untuk itu diperlukan suatu perlakuan agar mudah dicerna yaitu dengan proses fermentasi. 
Produktivitas ternak ruminansia dapat diperbaiki dengan memanfaatkan mikroorganisme / probiotik dalam pakan guna meningkatkan kualitas pakan dan memperbaiki kondisi rumen. Ada dua cara pengolahan hijauan pakan ternak yaitu melalui pengawetan dan melalui teknologi pengkayaan nutrisi (khusus untuk limbah hasil pertanian/perkebunan). 


Pengolahan Limbah Ternak 

Di samping menghasilkan produk utama berupa daging, usaha peternakan juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah kotoran ternak (feses). Setiap harinya, seekor sapi menghasilkan kotoran 10-15 kg. Pada peternakan skala kecil mungkin hal ini tidak begitu berpengaruh karena jumlahnya yang sedikit. Akan tetapi pada usaha peternakan skala besar limbah dapat menimbulkan masalah bagi pelestarian lingkungan bila tidak ditangani dengan benar. Karena itu, perlu dilakukan pengolahan limbah secara tepat dan ramah lingkungan. 
Selama ini, limbah ternak dapat diolah untuk dijadikan kompos dan sebagai bahan baku penghasil biogas. Dengan adanya pengolahan limbah ternak ini selain dapat mengatasi masalah lingkungan juga dapat memberikan nilai tambah bagi peternak karena mempunyai nilai ekonomis. Pembuatan kompos dapat mendukung kegiatan pertanian untuk mengembalikan kesuburan lahan. Adapun pembuatan biogas dapat dijadikan alternatif pengganti sumber energi yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan bakar fosil. Selain menghasilkan gas metan, biogas juga menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair. 


Penanganan Penyakit 

Beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang pada sapi, yaitu : 
a. Foot Root (kuku busuk). Disebabkan oleh infeksi bakteri / kuman Fusobacterium necrophorus dan Fusiformis nodosus pada daerah kuku. Pengobatan dilakukan dengan cara membersihkan jaringan mati/busuk di kuku, kuku dipotong sampai bagian sehat terlihat, kemudian direndam dalam cairan desinfektan seperti formalin 10%, dan diperban 
b. Septichaemia Epizooticae (SE / ngorok). Penyakit ini menular akibat bakteri Pasteurella multocida. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan pengobatan dapat digunakan antibiotik streptomisin, teramisin atau aeromisin. 
c. Malighnant Catarrhal Fever (MCF/ingus jahat). Disebabkan oleh virus herpes dan merupakan suatu penyakit infeksi. Pengobatan belum ada, untuk mencegah infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik berspektrum luas, tidak menempatkan kandang ternak sapi dekat dengan kandang domba.
d. Anthrax (radang limpa / cenang hideung). Bersifat menular dan merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Pencegahan dilakukan di daerah yang pernah terjadi penyakit dengan vaksinasi. Sedangkan pengobatan yang efektif yaitu dengan memberikan antiserum homolog dan dapat juga dikombinasikan dengan antibiotik penisilin atau streptomisin. 
e. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Merupakan penyakit sangat menular pada hewan berkuku genap yang disebabkan oleh virus. Pengendalian dapat dilakukan dengan vaksinasi hewan-hewan rentan dan pengobatan dengan antibiotik dapat diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. (fn/mh/lb) www.suaramedia.com

1 komentar:

Unknown mengatakan...

perusahaan tempat saya bekerja menyediakan sapi potong... mengajak kerjasama kepada para pemilik kandang sapi potong minimal memiliki kandang untuk 1000 ekor. cara kerjasama dari omzet per bulan 60% untuk pemilik sapi dan 40% untuk pemilik kandang. pakan dan pemiliharaan tanggung jawab pemilik sapi atau disiapkan dari pemilik kandang. jika ada yang berminat kirimkan data foto copy kepemilikan tanah dan kandang, dan bagi yang serius kirimkan. surat kesanggupan memiliki kandang dan foto-foto kandang... ke email address dangtanto@ymail.com setelah itu kita ketemuan untuk meeting dikantor kami lebih detail terlebih dahulu by email diteruskan by phone no. hp akan diberikan by email bagi yang benar-benar memiliki kandang dan serius siap kerjasama yang selanjutnya bertemu. sebelum dan sesudahnya atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan banyak terimaksih... wasalam dari Tanto