Jagung merupakan komponen utama yang dominan dalam formulasi pakan unggas. Selaras dengan pertumbuhan pesat industri unggas Indonesia, kebutuhan jagung di dalam negeri dalam beberapa dekade terakhir juga ikut meningkat. Produksi dalam negeri terus didorong naik, tetapi impor jagung masih tetap harus dilakukan sementara hargapun terus naik.
Kebutuhan jagung dan eskalasi harga merupakan gejala inernasional yang meluas, apalagi dengan masih kuatnya trend penggunaan jagung sebagai sumber bioetanol untuk kegunaan bahan bakar. Oleh sebab itu para pengamat dan pakar ekonomi pertanian sudah mulai menganjurkan agar di samping berupaya terus meningkatkan produksi jagung, dikembangkan pula penelitian dan rintisan substitusi jagung untuk pakan.
Di Indonesia yang termasuk negara agraris, banyak jenis komoditas maupun limbah pertanian yang dapat dijadikan substitusi jagung untuk pakan unggas dan lainnya. Faisal Kasryno dkk bahkan menganjurkan perlunya perbaikan genetik ayam kampung agar tidak lagi memerlukan pakan konsentrat yang berbahan jagung.
Dari Balai Penelitian Ternak, Bogor, Budi Tangendjaja dan Elisabeth Wina ikut menyinggung masalah substitusi tersebut secara teknis dalam satu uraian bersama mereka. Dikemukakan bahwa sekitar 85-90% produksi pakan di Indonesia adalah pakan unggas, utamanya ayam broiler dan ayam petelur. Pada formula pakan ayam yang umum pada saat ini, porsi jagung rata-rata 55%, dedak 9%, bahan nabati sumber protein 25%, sumber protein hewani 4%, minyak 2%, posfat 1%, dll.
Mereka mengemukakan substitusi jagung untuk pakan membutuhkan bahan yang kandungan energinya tinggi. Di Eropa dan Australia banyak digunakan biji-bijian barley, rye dan gandum/oat. Di Indonesia sorgum dapat menggantikan jagung, karena kandungan gizinya setara dengan jagung. Kandungan energi sorgum mencapai 3.275 kkal/kg mendekati 3.350 kkal/kg pada jagung. Namun sorgum terkendala oleh keterbatasan pasok dan ketidaktersediaan sepanjang tahun. Kendala lainnya adalah kandungan senyawa tannin yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan unggas.
Tetapi menurut kedua peneliti, sorgum yang dihasilkan di Indonesia, terutama dari Demak dan Purwodadi, kadar tanninnya rendah sehingga bisa digunakan secara langsung sebagai pengganti jagung pada pakan unggas.
Menggunakan bahan-bahan lain sebagai pengganti jagung dianjurkan agar berupa campuran untuk saling bersinergi dalam nilai gizi dan kandungan energi. Pakan campuran itu tentu pula mempertimbangkan pilihan-pilihan yang tersedia setempat, harga dan kesinambungan pasok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar