Senin, 11 Oktober 2010

Breeding, Feeding dan Management

Pada usaha ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kambing dan domba) bibit merupakan komponen biaya yang relatif besar (Ilham dan Saktyanu, 1995). Disamping itu, sebagai unit industri biologis yang mampu merubah material relatif kurang bernilai (pakan) menjadi material yang sangat bernilai bagi kehidupan manusia (daging, telur, dan susu), kualitas bibit sangat menentukan tingkat produksi. Bibit ternak yang berkualitas baik dapat dilihat dari tingkat produktivitasnya,antara lain berupa pertambahan berat badan per hari pada ternak potong, produksi susu per ekor per laktasi, dan produksi telur per siklus usaha. Untuk mencapai produktivitas yang tinggi diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kemampuan genetis ternak tersebut, dalam hal ini antara lain jumlah dan kualitas pakan serta lokasi usaha yang sesuai dengan adaptasi hidup ternak.
Hasil studi Hadi dan Ilham (2000) pada usaha sapi potong di Wonosobo dan Grobogan menunjukkan bahwa usaha penggemukan dan pembibitan dengan menggunakan bibit bangsa turunan sapi FH dan Simental memberikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan menggunakan bangsa sapi turunan PO dan Simental. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan kemampuan sapi tersebut mengkonversi pakan menjadi daging yang diturunkan secara genetik dan didukung oleh manajemen pemeliharaan yang baik sehingga mampu menghasilkan performa produksi yang baik pula. Pada ternak ayam ras potensi genetik bibit ini telah dimanfaatkan dengan baik, namun pada ternak lainnya masih potensial untuk dikembangkan sebagai sumber pertumbuhan subsektor peternakan.

Minggu, 10 Oktober 2010

KENDALA BERTERNAK ITIK

Dalam dunia peternakan, permasalahan praktis selalu bermunculan, masalah yang dihadapi itu terkadang tampak sepele, ringan dan gampang , tetapi tidak jarang juga masalah yang datang juga tampak besar, rumit dan bahkan menakutkan.

Dalam mencari kiat permasalahan khususnya dalam dunia peritikan yang memang belum ada standar yang pasti dalam pemeliharaan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya bisa dengan mencoba beternak dan mengatasi kendala sendiri, bertanya kepada peternak yang sudah berpengalaman, bertanya pada para praktisi, mencari sumber rujukan kepada berbagai media buku peternakan dan media massa tentang peternakan, dan bisa juga dengan membuka berbagai situs internet yang membahas tentang seputar dunia unggas khususnya itik. 

BUDIDAYA JANGKRIK

SEJARAH SINGKAT

Dewasa ini pada masa krisis ekonomi di Indonesia, budidaya jangkrik (Liogryllus Bimaculatus) sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar yang diadakan dibanyak kota. Kegiatan ini banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ± 2-4 minggu. Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2-3 bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup ± 3 bulan, sedangkan jantan kurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telur.



Penyebaran jangkrik di Indonesia adalah merata, namun untuk kota-kota besar yang banyak penggemar burung dan ikan, pada awalnya sangat tergantung untuk mengkonsumsi jangkrik yang berasal dari alam, lama kelamaan dengan berkurangnya jangkrik yang ditangkap dari alam maka mulailah dicoba untuk membudidayakan jangkrik alam dengan diternakkan secara intensif dan usaha ini banyak dilakukan dikota-kota dipulau jawa.

Jumat, 08 Oktober 2010

Dewi Ratih Ayu Daning (manfaat limbah teh untuk peternakan)

Dewi Ratih Ayu Daning, mahasiswi Fakultas Peternakan UGM menorehkan prestasi yang membanggakan di tingkat internasional dengan berhasil menjadi juara dalam Alltech Young Scientist yang diselenggarakan oleh Alltech.
Prestasinya tersebut diraihnya berkat penelitian mengenai pemanfaatan limbah teh hitam sebagai agen defaunasi terhadap reduksi gas metan pada fermentasi rumen dalam mendukung peternakan ramah lingkungan.
“Dalam penelitian ini saya mencoba mengembangkan pemanfaatan limbah teh hitam dari Gambung Jawa Barat di pusat penelitian teh dan kina yang digunakan untuk menurunkan produksi gas metan hasil fermentasi ternak sapi perah atau sapi potong. Hasilnya adalah bisa meningkatkan produksi ternak,” terangnya.

Minggu, 03 Oktober 2010

TERNAK SAPI POTONG


Pusing setelah pensiun, mau menggeluti bisnis? Masih juga cari-cari peluang dan sulit cari alternatif bisnis yang pas. Tengoklah ke desa, ada banyak peluang yang ada di sana. Mau beternak sapi, kerbau, atau kambing, atau ayam. Banyak pilihan tinggal disesuikan dengan keinginan dan hasil yang diinginkan.
Risiko Rendah Hasil Tinggi
Biasanya, yang menghasilkan return margin tinggi adalah bisnis yang memiliki risiko yang tinggi. Tetapi beternak sapi, tergolong bisnis yang memiliki risiko rendah tetapi memiliki hasil dan prospek margin yang tinggi.
Penulis mencoba menghitung pola pemberdayaan masyarakat di Desa Mojodadi, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur yang sebagian besar masyarakatnya beternak sapi pedaging.